SAVANA- Generasi Y, atau kita lebih suka menyebutnya dengan Generasi Milenial, adalah kita-kita yang lahir pada tahun 1980 sampai 1997. Pembagian generasi ini, menurut sosiolog terkemuka Karl Mannheim, karena manusia-manusia di dunia ini akan saling memengaruhi dan membentuk karakter yang sama, terlebih jika melewati sosiosejarah yang sama.
Generasi Milenial ditandai dengan keakrabannya dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Artinya, pola pikir dan tingkah laku Generasi Milenial lebih dipengaruhi oleh apa yang ia lihat di dunia digital atau dunia maya, tinimbang pepatah orang tuanya sendiri.
Berdasarkan data dari APJII pada 2017, dari jumlah 264 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 143 juta yang menjadi pengguna internet aktif. 123 jutanya merupakan pengguna media sosial aktif. Itu artinya, sebagian besar penduduk Indonesia, terutama Generasi Milenials, adalah pengguna aktif internet dan media sosial.
Yang menjadi soal berikutnya adalah, konten seperti apa yang paling dominan memenuhi jagat media digital kita, apakah mengarah kepada hal positif atau negatif? Berdasarkan keresahan ini, Ketua Bidang Keagamaan dari organisasi Jabar Bergerak, Ridwan Rustandi, mengadakan acara talkshow Milenials Day dengan tajuk: Jangan Asal Follow!
Dalam acara tersebut menghadirkan tokoh-tokoh muda inspiratif, seperti A Deda (Pegisi Kajian MQ FM), Dody Hidayatullah (selebgram dan penyanyi islami), Siti Zakiah (Mojang Pinilih Jawa Barat 2016) dan Ridwan Rustandi (dosen muda di UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Dalam materinya, adik dari Aa Gym (A Deda) menyampaikan bahwa dunia yang sekarang kita injak ini sudah bergerak begitu cepat. Informasi dalam tempo hitungan detik, sudah bisa menyebar ke seluruh dunia, dan kita hampir setiap saat menyaksikannya. Dalam pergerakkan yang begitu cepat ini, kita sebagai pemuda dan pemudi muslim sering lupa untuk merenungi diri sendiri, sambil membaca ayat-ayat Kauliyyah-Nya.
Beliau mengingatkan, harus punya waktu untuk menambah keimanan diri sendiri, yakni dengan membiasakan membaca Quran dari Magrib sampai Isya, minimalnya. Tentu akan ada energi yang berbeda saat kita mendengarkan (entah lewat pengajian di masjid atau menonton di Youtube) dengan kita membaca sendiri. Ini hal penting yang sudah mulai dilupakan.
Dody Hidayatullah menambahkan, kemudahan yang didapat oleh Generasi Milenials mestinya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk belajar, berkarya dan berdakwah. Banyaknya konten-konten negatif di dunia digital, sedikit banyaknya akan memengaruhi mental dan prilaku kita di masa yang akan datang. Maka konten-konten negatif itu harus ada yang menghalaunya dengan membuat karya yang memberi contoh dan menyeru kepada kebaikkan. Dody memberitahukan, jika saat ini kreator media yang memberi contoh dan menyeru kepada kebaikkan masih terhitung sangat sedikit tinimbang sebaliknya.
Teh Kiki, sapaan akrab Siti Zakiah, menuturkan bahwa berbuat kebaikan (termasuk menyebarkan hal-hal yang baik) sekecil apapun, tetap akan dinilai di sisi Allah sebagai kebaikkan, pun demikian sebaliknya. Untuk mengetahui apa yang hendak kita kerjakan atau sebarkan itu sebuah kebaikkan, maka Generasi Milenials tidak boleh lepas dari membaca. Sering menyebarnya berita bohong dan ujaran kebencian, diawali karena kita tidak membacanya terlebih dahulu. Membaca adalah kunci, entah itu lewat buku pisik atau buku digital.
Menurut Kang Ridwan Rustandi, kita sekarang masuk dalam era disrupsi. Awalnya manusia yang menciptakan internet, tapi kini manusia yang seolah-olah ‘diciptakan’ oleh internet (pola pikir dan prilakunya). Maka yang akan menentukan selanjutya, hal apa yang paling dominan tersaji di internet, hal itu yang akan dipercaya atau cerminan mental suatu bangsa.
Maka dengan demikian, untuk meminimalisir dampak negatif dari dunia digital bagi para Generasi Milenials, Milenials Day membuat seruan: jangan asal follow! Konten negatif berkembang karena masih banyak yang memfollow dan menontonnya. Jika belum bisa membuat konten yang positif, maka paling tidak, tidak mengkonsumsi dan menyebarkan konten negatif.
Dalam sambutannya, Ketua Harian Jabar Bergerak, Tatan Ahmad Santana menghimbau agar menjadi Generasi Milenials muslim yang ramah, tidak suka marah-marah. Ia percaya, dengan menampilkan wajah Islam yang ramah dan anak mudanya konsisten dalam melakukan dan menyebarkan kebaikkan, impian Jabar Juara akan terwujud. Jabar Bergerak merupakan organisasi non struktur pemerintah yang dinahkodai oleh Atalia Kamil.
Milenials Day merupakan salah satu ikhtiar dari agenda Jabar Bergerak agar Generasi Milenials tetap berada dalam zamannya, namun tidak melupakan akarnya. Ikhtiar agar generai muda untuk bijak dan cerdas dalam bermedia sosial.